ANALISIS LAPOAN KEUANGAN PT. EATERTAINMENT INTERNATIONAL, TBK DAN ENTISITAS ANAK
PT.
EATERTAINMENT INTERNATIONAL, TBK
DAN ENTISITAS
ANAK
SEJARAH SINGKAT PERUSAHAAN
Sejak tahun 2000, PT. Eatertainment International, Tbk. Telah
mencanangkan diri sebagai salah satu makanan terkemuka dan perusahaan hiburan keluarga untuk dicatatkan di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya.
Merek kami meliputi:
·
Amigos
Restaurant WWW. Amigos-resto. Com
·
Papa Rons Pizza WWW. Paparonspizza. Com
·
Putt Putt golf dan permainan WWW. Puttputtgolf.
Com
Waralaba yang terletak di Senayan Jakarta, Alam
Sutra Jakarta, Sidoarjo Jawa Timur dan Korea Selatan
·
Ponderosa Steak House
·
Inline Skate / Fun Sport (Super
Ice)
Bisnis utama kami adalah F & B, tetapi kami juga melayani
olahraga dan industri
hiburan. Kami telah di bisnis sejak tahun 1979 dan kami berencana untuk membuka 4 gerai
pada 2008. Jika Anda memiliki kebutuhan untuk kebutuhan Hiburan Keluarga F &
B, jangan ragu untuk
menghubungi kami.
terima kasih
Tomy Sugiarto
Tomy Sugiarto
BAB I
PENDAHULUAN
Seiring
dengan krisis multi dimensi yang melanda Indonesia, banyak masalah dan
penderitaan yang dialami bangsa ini. Yang termasuk menonjol adalah dalam aspek
ekonomi, yakni terpuruknya kegiatan ekonomi karena semakin banyak perusahaan
yang bangkrut, perbankan yang dilikuidasi dan meningkatnya jumlah tenaga kerja
yang menganggur. Penyebab dari krisis ini, bukanlah karena fundamental ekonomi
yang lemah saja, tetapi karena utang swasta luar negeri yang telah mencapai
jumlah yang cukup besar. Krisis yang berkepanjangan ini adalah krisis
merosotnya nilai tukar rupiah yang sangat tajam, akibat adanya spekulasi dan
jatuh temponya utang swasta luar negeri dalam jumlah yang besar dan secara
bersamaan sehingga permintaan akan dolar meningkat, ditambah lagi dengan banyak
terjadinya bencana alam yang mengakibatkan nilai tukar rupiah yang semakin
lemah.
Kebangkrutan suatu perusahaan dapat
dilihat dan diukur melalui laporan keuangan. Laporan Keuangan yang diterbitkan oleh
perusahaan merupakan salah satu sumber informasi mengenai posisi keuangan
perusahaan, kinerja serta perubahan posisi keuangan perusahaan, yang sangat
berguna untuk mendukung pengambilan keputusan yang tepat, data keuangan harus
dikonversi menjadi informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan ekonomis.
Hal ini ditempuh dengan cara melakukan analisis dalam bentuk rasio-rasio
keuangan. Terdapat empat hal yang mendorong analisis laporan keuangan dengan
model rasio keuangan yaitu :
1. Untuk mengendalikan pengaruh perbedaan
besaran antar perusahaan atau antar waktu
2. Untuk membuat data menjadi lebih memenuhi
asumsi alat statistik yang digunakan
3. Untuk menginvestigasi teori yang terkait
dengan rasio keuangan
4. Untuk mengkaji hubungan empirik antara
rasio keuangan dan estimasi atau prediksi variabel tertentu (seperti
kebangkrutan atau financial distress).
Salah satu aspek pentingnya analisis
terhadap laporan keuangan dari sebuah perusahaan adalah untuk meramal
kontinuitas atau kelangsungan hidup perusahaan. Prediksi kelangsungan hidup
perusahaan sangat penting bagi manajemen dan pemilik perusahaan untuk
mengantisipasi kemungkinan adanya potensi kebangkrutan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan kombinasi
dari data keuangan suatu perusahaan yang menggambarkan kemajuan perusahaan dan
dibuat secara periodik. Ada beberapa pengertian laporan keuangan diantaranya
sebagai berikut:
a. Menurut Munawir (2002), laporan keuangan
adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk
berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan
pihak-pihak yang berkepentingan dengan dana atau aktivitas perusahaan tersebut.
b. Sedangkan menurut Harnanto (1998), laporan
keuangan adalah keadaan keuntungan dan hasil usaha perusahaan serta memberikan
rangkuman historis dari sumber ekonomi, kewajiban perusahaan dan kegiatan yang
mengakibatkan perubahan terhadap sumber ekonomi yang dinyatakan secara
kuantitatif dalam satuan mata uang.
Laporan keuangan menggambarkan
dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang diklasifikasikan dalam
beberapa kelompok besar menurut karakteristik ekonominya.
Laporan keuangan beserta
pengungkapannya dibuat perusahaan dengan tujuan memberikan informasi yang
berguna untuk pengambilan keputusan–keputusan investasi dan pendanaan
Tujuan ini
terangkum dengan disajikannya laporan laba rugi, neraca, laporan arus kas dan
pengungkapan laporan keuangan. Selain itu, tujuan umum laporan keuangan adalah
memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas, perusahaan
yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka
membuat keputusan-keputusn ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship)
manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka dalam
rangka mencapai tujuan tersebut, suatu laporan keuangan menyajikan informasi
mengenai perusahaan yang meliput: 1) aktiva, 2) kewajiban, 3) ekuitas, 4)
pendapatan, beban termasuk keuntungan dan kerugian, 5) arus kas.
Laporan
keuangan yang lengkap terdiri dari komponen-komponen sebagai berikut ini:
a.
Neraca
Neraca perusahaan disajikan
sedemikian rupa yang menggambarkan posisi keuangan suatu perusahaan pada saat
tertentu maksudnya adalah menunjukkan keadaan keuangan pada tanggal tertentu
biasanya pada saat tutup buku.
b.
Laporan laba rugi
Laporan laba rugi merupakan suatu laporan yang sistematis mengenai
penghasilan, biaya, rugi laba yang diperoleh oleh suatu perusahaan selama
periode tertentu. Tujuan pokok laporan laba rugi adalah melaporkan kemampuan
riil perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Laporan laba rugi perusahan
disajikan sedemikian rupa yang menonjolkan berbagai unsur kinerja keuangan yang
diperlukan bagi penyajian secara wajar.
c.
Laporan perubahan ekuitas
Laporan perubahan ekuitas menggambarkan
peningkatan atau penurunan aktiva bersih atau kekayaan selama periode yang
bersangkutan. Perusahaan harus menyajikan laporan perubahan ekuitas sebagai
komponen utama laporan keuangan,yang menunjukan:
Laporan perubahan ekuitas,
kecuali untuk perubahan yang berasal dari transaksi dengan pemegang saham seperti
setoran modal dan pembayaran dividen, menggambarkan jumlah keuntungan dan
kerugian yang berasal dari kegiatan perusahaan selama periode yang
bersangkutan.
d.
Laporan arus kas
Laporan arus kas dapat
memberikan informasi yang memungkinkan para pemakai untuk mengevaluasi
perubahan dalam aktiva bersih perusahaan, struktur keuangan (termasuk
likuiditas dan solvabilitas) dan kemampuan untuk mempengaruhi jumlah serta
waktu arus kas dalam rangka adaptsi dengan perubahan keadaan dan peluang.
Informasi arus kas berguna untuk menilai kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan kas dan setara kas dan memungkinkan para pemakai mengembangkan model untuk menilai
dan membandingkan nilai sekarang dari arus kas masa depan (future cash flow)
dari berbagai perusahaan.
e.
Catatan atas lapoaran keuangan
Catatan atas laporan
keuangan harus disajikan secara sistematis. Setiap pos dalam neraca, laporan
laba rugi dan laporan arus kas harus berkaitan dengan informasi yang terdapat
catatan atas laporan keuangan. Catatan atas laporan keuangan mengungkapkan:
-
Informasi
tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi yang dipilih
dan diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi yang penting
-
Informasi
yang diwajibkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan tetapi tidak
disajikan di neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan perubahan
ekuitas
-
Informasi
tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan tetapi diperlukan dalam
rangka penyajian secar wajar
2.2 Analisis Laporan Keuangan
Menurut Leopold A. Bernstein,
analisis laporan keuangan merupakan suatu proses yang penuh pertimbangan dalam
rangka membantu mengevaluasi posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan pada
masa sekarang dan masa lalu, dengan tujuan untuk menentukan estimasi dan
prediksi yang paling mungkin mengenai kondisi dan kinerja perusahaan pada masa
mendatang (Dwi Prastowo dan Rifka Juliaty, 2002).
Analisis laporan keuangan mencakup
pengaplikasian berbagai alat dan teknik analisis pada laporan dan data keuangan
dalam rangka untuk memperoleh ukuran-ukuran dan hubungan-hubungan yang berarti
dan berguna dalam proses pengambilan keputusan.
Tujuan analisis laporan keuangan
sendiri menurut Dwi Prastowo dan Rifka Juliaty (2002) antara lain :
-
sebagai
alat screening awal dalam memilih alternatif investasi atau merger
-
sebagai
alat forecasting mengenai kondisi dan kinerja keuangan di masa datang
-
sebagai
proses diagnosis terhadap masalah-masalah manajemen, operasi atau masalah
lainnya
-
sebagai
alat evaluasi terhadap manajemen.
Menurut
Dwi Prastowo, teknik analisis laporan keuangan dikategorikan menjadi dua
metode, yaitu :
1)
Metode analisis horizontal, adalah metode analisis yang dilakukan
dengan cara membandingkan laporan keuangan oleh beberapa periode sehingga dapat
diketahui perkembangan dan kecenderungannya. Metode ini terdiri dari 4
analisis, antara lain :
a.
Analisis komparatif (comparative
financial statement analysis)
Analisis ini dilakukan dengan cara menelaah
neraca, laporan laba rugi atau laporan
arus kas yang berurutan dari satu periode ke periode berikutnya.
b.
Analisis
trend
Adalah suatu metode atau teknik analisa untuk mengetahui tendensi daripada
keadaan keuangannya, apakah menunjukkan tendensi tetap, naik atau bahkan turun.
Sebuah alat yang berguna untuk perbandingan tren jangka panjang adalah tren
angka indeks. Analisis ini memerlukan tahun dasar yang menjadi rujukan untuk
semua pos yang biasanya diberi angka indeks 100. Karena tahun dasar menjadi
rujukan untuk semua perbandingan, pilihan terbaik adalah tahun dimana kondisi
bisnis normal.
c.
Analisis arus kas (cash flow
analysis)
Adalah
suatu analisa untuk sebab – sebab berubahnya jumlah uang kas atau untuk
mengetahui sumber – sumber serta penggunaan uang kas selama periode tertentu. Analisis ini terutama digunakan sebagai
alat untuk mengevaluasi sumber dana penggunaan dana. Analisis arus kas
menyediakan pandangan tentang bagaimana perusahaan memperoleh pendanaannya dan
menggunakan sumber dananya. Walaupun analisis sederhana laporan arus kas
memberikan banyak informasi tentang sumber dan penggunaan dana, penting untuk
menganalisis arus kas secara lebih rinci.
d.
Analisis perubahan laba kotor (gross
profit analysis)
Adalah suatu analisa untuk mengetahui sebab –
sebab perubahan laba kotor suatu perusahaan dari periode ke periode yng lain
atau perubahan laba kotor suatu periode dengan laba yang dibudgetkan untuk
periode tersebut.
2)
Metode
analisis vertikal, adalah metode analisis yang dilakukan dengan cara
menganalisis laporan keuangan pada periode tertentu. Metode ini terdiri dari 3
analisis, antara lain :
- Analisis common – size
Adalah suatu metode analisis untuk mengetahui prosentase investasi pada
masing-masing aktiva terhadap total aktivanya, juga untuk mengetahui struktur
permodalannya dan komposisi perongkosannya yang terjadi dihubungkan dengan
jumlah penjualannya. Analisis common size menekankan pada 2 faktor,
yaitu : pertama sumber pendanaan, termasuk distribusi pendanaan antara
kewajiban lancar, kewajiban tidak lancar dan ekuitas dan yang kedua, komposisi
aktiva, termasuk jumlah untuk masing-masing aktiva lancar aktiva tidak lancar.
- Analisis impas (break-even)
Adalah analisa
untuk menentukan tingkat penjualan yang harus dicapai oleh suatu perusahaan
agar perusahaan tersebut tidak mengalami kerugian, tetapi juga belum memperoleh
keuntungan. Dengan analisa
break-even ini juga akan diketahui berbagai tingkat keuntungan atau kerugian
untuk berbagai tingkat penjualan.
- Analisis ratio.
Analisis ratio adalah suatu cara untuk
menganalisis laporan keuangan yang mengungkapkan hubungan matematik antara
suatu jumlah dengan jumlah lainnya atau perbandingan antara satu pos dengan pos
lainnya.
2.3 Analisis Ratio Keuangan
Analisis rasio (ratio analysis)
merupakan suatu alat analisis keuangan yang sangat populer dan banyak
digunakan. Namun perannya sering disalah pahami dan sebagai konsekuensinya,
kepentingan sering dilebih-lebihkan.
Analisis ratio adalah suatu metode perhitungan dan interpretasi rasio
keuangan untuk menilai kinerja dan status suatu perusahaan.
Input dasar untuk analisa rasio
keuangan adalah laporan rugi laba dan
neraca pada suatu periode tertentu yang akan dievaluasi. Kita harus ingat bahwa rasio merupakan alat untuk
menyatakan pandangan terhadap kondisi yang mendasari, dalam hal ini adalah
kondisi financial perusahaan. Rasio merupakan titik awal, bukan titik
akhir. Rasio yang diinterpretasikan dengan tepat mengidentifikasikan area yang
memerlukan investigasi lebih lanjut. Analisis rasio dapat mengungkapkan
hubungan penting dan menjadi dasar perbandingan dalam menemukan kondisi dan
tren yang sulit untuk dideteksi dengan mempelajari masing-masing komponen yang
membentuk rasio (Wild, Subramanyan, Hasley, 2004).
Analisa ratio digunakan untuk
membandingkan berbagai perkiraan dalam kategori berbeda, yaitu perkiraan antara
perkiraan satu dengan yang lainnya, baik perkiraan antar R/L, maupun R/L dengan
neraca.
Analisa rasio tidak hanya menggunakan rumus
terhadap data keuangan, tetapi juga mengintrepretasikan nilai rasio tersebut
dengan menggunakan beberapa analisa, yaitu:
a. Analisa antar perusahaan
Rasio perbandingan antar perusahaan
yang berbeda pada waktu yang sama yaitu membandingkan kinerja perusahaan dengan
perusahaan pembanding dimana nilai ratio perusahaan dibandingkan dengan nilai
rasio perusahaan pembanding dengan tujuan untuk perbaikan. Hal ini dilakukan
untuk memeriksa apakah terjadi penyimpangan terhadap standar industri.
b. Analisa berkala dari waktu ke waktu atau
analisa deret berkala
Hal ini dilakuakan berdasarkan pada
teori bahwa perusahaan harus dievaluasi keadaan masa lalunya untuk mengetahui
arah perkembangannya serta tindakan apa yang sesuai yang harus dilakukan
perusahaan untuk jangka menengah dan panjang.
c. Analisa gabungan
Pendekatan yang lebih informatif
terhadap analisa rasio adalah gabungan dari analisa antar perusahaan dan
analisa deret berkala. Dalam analisa gabungan terdapat kaitan antara analisa
retio perusahaan dengan trend dari industri. Pada umumnya semakin rendah ratio
mencerminkan rata-rata penagihan perusahaan semakin baik.
Beberapa
hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan analisa ratio, diantaranya:
1.
sebuah
ratio tunggal secara umum tidaklah dapat memberikan informasi yang memadai
untuk mengetahui seluruh kinerja perusahaan.
2.
laporan
keuangan yang dibandingkan harus dalam periode yang sama. Jika tidak maka
penyimpangan yang disebabkan oleh dampak musiman dapat menghasilkan kesimpulan
yang salah karena pembuatan keputusan yang salah.
3.
sebaiknya
menggunakan dasar laporan keuangan yang telah diaudit karena data keuangan
perusahaan dapat mencerminkan kondisi keuangan perusahaan yang sebenarnya.
4.
data
yang diperbandingkan disususn dengan cara yang sama dengan menggunakan
perlakuan akuntansi yang berbeda khususnya untuk penyusutan dan persediaan
dapat menyebabkan distorsi dalam hasil analisa ratio.
Rasio harus diinterpretasikan dengan
hati-hati karena faktor-faktor yang mempengaruhi pembilang dapat berkorelasi
dengan faktor yang mempengaruhi penyebut. Sebagai
contoh, perusahaan dapat memperbaiki rasio beban operasi terhadap penjualan
dengan mengurangi biaya yang menstimulasi penjualan. Pengurangan jenis biaya seperti ini, kemungkinan
berakibat pada penurunan penjualan atau pangsa pasar jangka panjang. Dengan
demikian, profitabilitas yang tampaknya membaik dalam jangka pendek, dapat
merusak prospek perusahaan di masa depan. Kita harus menginterpretasikan
perubahan tersebut dengan tepat. Banyak rasio memiliki variabel penting yang
sama dengan rasio lainnya. Dengan demikian, tidaklah perlu untuk menghitung
semua rasio yang mungkin untuk menganalisis sebuah situasi. Rasio, seperti
sebagian besar teknik analisis keuangan, tidak relevan dalam isolasi. Rasio bermanfaat
bila diinterpretasikan dalam perbandingan dengan 1) rasio tahun sebelumnya, 2)
standar yang ditentukan sebelumnya, 3) rasio pesaing. Pada akhirnya,
variabilitas rasio sepanjang waktu sama pentingnya dengan trennya.
Dengan menggunakan hasil analisis
rasio, dapat mengetahui kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan (strngth dan
weakness) perusahaan pada masa lalu sebagai dasar penetapan strategi pada masa
datang. Artinya, tujuan analisis adalah untuk mengetahui posisi keuangan pada
masa lalu dan sekarang yang akan digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan
tentang kebijakan masa datang.
2.4
Jenis-Jenis Analisa Ratio
Pada umumnya analisis terhadap rasio
merupakan langkah awal dalam analisis keuangan guna menilai prestasi dan
kondisi keuangan suatu perusahaan. Ukuran yang digunakan adalah rasio yang
menunjukkan hubungan antara dua data keuangan. Beberapa rasio keuangan dapat
dikelompokkan menjadi 5 macam, yaitu diantaranya:
1. Rasio Likuiditas, menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban financial jangka pendek. Rasio ini ditunjukkan pada
besar kecilnya aktiva lancar.
a. Current Ratio (ratio lancar), merupakan perbandingan antara aktiva
lancar dengan hutang lancar. Dimana kemampuan untuk membayar hutang yang segera
harus dipenuhi dengan aktiva lancar.
b. Cash
ratio (ratio of immediate solvency), merupakan kemampuan untuk membayar utang yang segera harus dipenuhi
dengan kas yang tersedia dalam perusahaan dan efek yang dapat segera diuangkan.
c. Quick Ratio (ratio cepat), dihitung dengan mengurangkan persediaan
dari aktiva lancar, kemudian membagi sisanya dengan hutang lancar Dimana kemampuan
untuk membayar utang yang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar yang
lebih likuid (quick assets).
2. Rasio aktivitas, mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan
sumber – sumber daya sebagaimana digariskan oleh kebijaksanaan perusahaan
menjadi penjualan atau kas. Rasio ini menyangkut perbandingan antara penjualan
dengan aktiva pendukung terjadinya penjualan artinya rasio ini menganggap bahwa
suatu perbandingan yang “layak” harus ada antara penjualan dan berbagai aktiva
misalnya : persediaan, piutang, aktiva tetap, dan lain-lain. Rasio produksi meliputi :
a. Account receivable ratio,
mengetahui jumlah waktu yang diperlukan untuk mengumpulkan piutang
selama satu tahun yang dapat dihitung dengan cara membagi penjualan kredit
dengan rata-rata piutang.
b. Inventaory ratio, menhitung kemampuan persediaan berputar selama
satu tahun yang diukur dengan menggunakan inventory turnover dan waktu
rata-rata persediaan tertahan di gudang. Semakin kecil angka, maka semakin baik
karena resiko yang semakin kecil.
c. Total asset turnover, kemampuan total aktiva untuk berputar
selama satu tahun untuk menghasilkan penjualan.
3. Rasio Leverage, menunjukkan penjaminan utang, baik dengan
menggunakan total aktiva maupun modal sendiri.
a.
Total
debt, mengukur presentase
penggunaan dana dari kreditur yang dihitung dengan cara membagi total hutang
dengan total aktiva. Dimana beberapa bagian dari keseluruhan kebutuhan dana
yang dibelanjai dengan utang atau berapa bagian dari aktiva yang digunakan
untuk menjamin utang.
b.
Debt
to equity ratio, merupakan bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang
dijadikan jaminan untuk keseluruhan utang. Secara sistematis dapat ditulis
sebagai perbandingan antara total utang dengan modal.
c.
Long term debt to equity ratio,
merupakan bagian dari setiap rupiah modal sendiri
yang dijadikan jaminan untuk utang jangka panjang.
Long
term debt to equity ratio = Utang jangka panjang
Modal
sendiri
d.
Tangible assets debt coverage, merupakan besarnya aktiva tetap tangible
yang digunakan untuk menjamin utang jangka panjang setiap rupiahnya.
Tangible assets debt coverage = Jumlah aktiva – Intangibles –
utang lancar
Hutang jangka panjang
e.
Time
interest earned, dihitung
dengan membagi laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) dengan beban bunga. Rasio
ini mengukur seberapa jauh laba bisa berkurang tanpa menyulitkan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban membayar bunga tahunan. Dimana besarnya jaminan keuntungan
untuk membayar bunga utang jangka panjang.
4. Rasio profitabilitas, digunakan untuk mengukur seberapa efekif
pengelolaan perusahaan sehingga menghasilkan keuntungan sebagai berikut:
- Gross profit margin, menunjukkan kemampuan penjualan
dalam menghasilkan laba kotor.
- Net profit margin, kemampuan setiap rupiah penjualan
untuk menghasilkan laba bersih (Earning After Tax, EAT)
- Return on total assets, menunjukkan kemampuan total aktiva
menghasilkan laba sebelum dipotong bunga dan pajak (EBIT)
- Rate of return on investment, kemampuan aktiva rata-rata dalam
menghasilkan laba setelah pajak.
- Return on equity, Kemampuan dari modal sendiri untuk
menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham
preferen dan saham biasa.
5. Rasio pasar, diterapkan untuk perusahaan yang telah go
public dan mengukur kemampuan perusahaan dalam menciptakan nilai terutama
pada pemegang saham dan calon investor. Rasio pasar mencerminkan penilaian pemgang saham dari segala aspek atas
kinerja masa lalu perusahaan dan harapan kinerja di masa yang akan datang.
- Earning per share, menunjukkan jumlah
pendapatan bersih yang tersedia untuk pemegang saham biasa dibagi dengan
jumlah lembar saham biasa yang beredar.
- Price earning ratio, rasio antara harga pasar saham
dengan laba per lembar saham. Jika rasio ini lebih rendah dari pada rasio industri sejenis, bisa
merupakan indikasi bahwa investasi pada saham perusahaan ini lebih
beresiko daripada rata -rata industri. Rasio harga pasar pada umumnya
digunakan untuk melihat saham perusahaan dan mengukur julah uang dimana
investor bersedia membayar untuk setiap rupiah pendapatan perusahaan.
Besarnya rasio harga pasar menunjukkan tingkat kepercayaan investor
terhadap kinerja perusahaan di masa depan.
- Market to book value, perbandingan antara nilai pasar
saham dengan nilai buku saham, juga merupakan indikasi bahwa para investor
menghargai perusahaan. Ratio
harga pasar per nilai buku menunjukkan bagaimana penilaian investor
terhadap kinerja perusahaan. Ratio ini menghubungkan nilai pasar saham
perusahaan terhadap nilai buku atau nilai akutansi. Untuk menghitungnya
pertama harus dihitung nilai buku per lembar saham biasa.
Niali buku per lembar saham
biasa = Ekuitas saham biasa
Jumlah lembar
saham biasa yang beredar
1. Rasio
Likuiditas
NAMA
|
2011 (Rp)
|
2010 (Rp)
|
Rasio Lancar :
|
= 541,68 %
|
= 487,17 %
|
Rasio Cepat :
|
= 434,9 %
|
= 422,1 %
|
Jumlah Hari Untuk menjual persediaan :
|
= 24,2
|
2. Rasio
Solvabilitas
Rumus
|
2011 (Rp)
|
2010 (Rp)
|
ADR :
|
= 197,95 %
|
= 183,83 %
|
DER :
|
= 281,02%
|
= 275,12 %
|
3. Rasio
Profitabilitas
Rumus
|
2011 (Rp)
|
2010 (Rp)
|
Rentabilitas Ekonomi :
|
= -7,98 %
|
= 5,87 %
|
ROI :
|
= -3,21 %
|
= 2,35 %
|
4. Rasio Posisi
Aktivitas Perusahaan
Rumus
|
2011 (Rp)
|
2010 (Rp)
|
WTC :
|
= 3,07
|
= 2,61
|
CT :
|
= 4,74
|
= 3,31
|
ART :
|
= 181,03 %
|
|
IT :
|
= 23,03
|
= 23,13
|
5. Pemanfaatan
Aset
Rumus
|
2011 (Rp)
|
Perputaran
kas
:
|
= 40,23
|
Perputaran Piutang usaha :
|
= 9,15
|
Perputaran Persediaan :
|
= 14,80
|
Perputaran Total
Aset :
|
= 1,56
|
6. Kinerja Operasi
Rumus
|
2011 (Rp)
|
2010 (Rp)
|
Margin Laba Kotor :
|
= 37,63 %
|
= 37,58 %
|
Margin Laba Bersih :
|
= 2,72 %
|
= -3,5 %
|
7. Ukuran Pasar
Rumus
|
2011 (Rp)
|
2010 (Rp)
|
Rasio Harga terhadap laba :
|
= 12,5
|
= 17,86
|
Hasil Laba :
|
= -8 %
|
= 5,6 %
|
Komentar terhadap hasil perhitungan Rasio :
1. Likuiditas
Likuiditas perusahaan adalah kemapuan perusahaan
untuk mengembalikan seluruh hutang lancarnya yang harus segera dilunasi dengan
aktiva lancar yang lebih likuid.
Hasil dari perhitungan pada tahun 2010 dan 2011
menunjukkan angka yang sangat tinggi diatas 400% maka perusahaan dikatan
likuid. Hal ini berarti aktiva lancarnya 4 kali lipat dari hutang lancarnya
atau setiap Rp 1 hutang lancar dijamin oleh Rp 4 asset lancar. Sementara itu
kemampuan perusahaan untuk membayar utang lancarnya dengan menggunakan kas atau
setara kas sangat besar, hal ini ditunjukkan pada tingginya hasil perhitungan
dari rasio cepat yaitu di atas 400%. Artinya hanya menggunakan kas dan setara
kas sudah dapat menjamin setiap Rp 1 utang lancer dengan Rp 4 kas dan setara
kas. Sementara itu kemampuan perusahaan untuk menjual persediaan sangat tinggi.
Untuk menjual persediaan sebesar Rp 989.182.885 hanya membutuhkan kurang lebih
24 hari.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat
likuiditas perusahaan atau kemapuan perusahaan untuk mengembalikan hutang
lancarnya dengan aktiva lancar sangat tinggi yaitu sekitar 400% - 450 %.
2. Solvabilitas
Solvabilitas adalah rasio untuk mengetahui sejauh
mana perusahaan dibiayai oleh hutang. Artinya berapa besar beban hutang yang
ditanggung oleh perusahaan dibandingkan dengan aktivanya.
Hasil perhitungan pada Debt to Asset Ratio
menunjukkan angka yang sangat tinggi di atas 100% dan dari tahun 2010 ke tahun
2011 menngkat dari 183,83% menjadi 197,95 %. Angka ini menunjukkan bahwa
pembiayaan perusahaan hamper seluruhnya dibiayai dari hutang dan pinjaman,
setiap Rp 200 pendanaan perusahaan dibiayai oleh hutang Rp 197,95.
Demikian pula perhitungan pada Debt to Equity Ratio
juga menunjukkan angka yang sangat besar. Rasio ini pada tahun 2010 menunjukkan
angka 275,12 % artinya kreditur menyediakan Rp 275,12 untuk setiap Rp 300 yang
disediakan pemegang saham. Demikian pula pada tahun 2011 menunjukkan
281,02 % artinya kreditur menyediakan Rp 281,02 untuk setiap Rp 300 yang
disediakan pemegang saham.
Dari perhitungan diatas terlihat bahwa sebagaian
besar pembiayaan perusahaan bersumber dari kreditur Artinya kemungkinan
perusahaan untuk mendapatkan tambahan pinjaman semakin kecil karena dikhawatirkan
perusahaan tidak mampu untuk mengembalikan pinjaman.
3. Profitabilitas
Dari perhitungan ROI menunjukkan tingkat penurunan
yang sangat besar yaitu dari 2,35 % pada tahun 2010 menjadi -3,21 % pada tahun
2011 artinya perusahaan tidak mampu dalam memanfaatkan aktiva untuk memperoleh
ROI.
Dari perhitungan rentabilitas ekonomi terlihat
bahwa pada tahun 2010 kemampuan perusahaan untuk mengasilkan laba dari modal
usaha cukup tinggi yaitu sebesar 5,87 % sedangkan menurun pada tahun 2011
hingga -7,98 % artinya perusahaan tidak bisa mempertahankan tingkat
pengembalian modal dan tidak mampu memanfaatkan asset yang begitu besar.
4. Posisi Aktiva
Perusahaan
Tingkat pengembalian modal, Kas, dan Persediaan
terbilang relative stabil dan mengalami peningkatan dari tahun 2010 ke tahun
2011. Meskipun demikian tingkat pengembalian tersebut terbilang cukup rendah
dan dibawah standar. Artinya tingkat pengembalian tersebut masih sangat rendah
jika melihat dari standar normal untuk Capital turnover, Cash Turnover dan Inventory
Turnover. Sehingga perusahaan masih harus berusaha untuk meningkatkan tingkat
pengembalian tersebut.
Meskipun demikian tingkat pengembalian terhadap
piutang menunjukkan angka yang cukup tinggi yaitu sekitar 98,55%. Hal ini
berarti bahwa tingkat pengembalian dari piutang perusahaan mencapai angka
98,55% dari piutang usaha.
5. Pemanfaatan
Asset
Perputaran kas pada perusahaan ini menunjukkan
angka yang besar yaitu 40,23 artinya kas tidak terlalu banyak yang menganggur
dan pemanfaatannya cukup besar. Meskipun demikian terdapat angka yang sangat
kecil terhadap pemanfaatan Piutang usaha, persediaan, dan total asset. Angka
yang ditunjukkan terbilang sangat kecil tidak sampai 20 %. Hal ini terbukti
dengan adanya penurunan tingkat profitabilitas perusahaan yang sangat besar.
6. Kinerja Operasi
Margin laba kotor menunjukkan angka yang cukup
besar namun peningkatan dari tahun 2010 ke tahun 2011 tidak terlalu
berpengaruh. namun tingkat margin laba kotor perusahaan tersebut yang
menunjukkan angka yang cukup besar tidak diikuti dengan peningkatan Margin Laba
bersih, akan tetapi terjadi penurunan yang sangat besar yaitu dari 2,72% turun
menjadi -3,5%. Artinya perusahaan belum mampu mengendalikan biaya dan memanfaatkan
asset sebaik-baiknya.
7. Ukuran pasar
Rasio harga terhadap laba menunjukkan penurunan
dari tahun 2010 ke tahun 2011. Hal ini dikarenakan kemampuan perusahaan untuk
meningkatkan ROI sangat rendah, sehinggah tidak terjadi peningkatan terhadap
laba per lembar saham. Hasil laba pun akhirnya ikut menurun sangat jauh. Hal
ini tentu saja akan menjadi pertimbangan yang sangat penting bagi para pemegang
saham dalam mengambil keputusan untuk berinvestasi bahkan ada kecenderungan
untuk takut menanamkan modalnya pada perusahaan seperti ini.
DAFTAR PUSTAKA
Moeljadi. 2006. Manajemen Keuangan Pendekatan
Kuantitatif dan Kualitatif jilid 1. Bayumedia Publishing. Malang.
Munawir. 2000. Analisis Laporan Keuangan.Liberty.Jogjakarta,.
Ridwan, S. Sundjaja, Prof. Dr. Drs. MSBA, dkk.
2003. Manajemen Keuangan. Literata Lintas Media. Jakarta.
Sabari, Agus. 1995. Manajemen Keuangan. Unit
Penerbit dan Percetakan AMP YKPN. Yogyakarta.
Wild Jhon J., Subramanyam KR., Hasley Robert
F.(Yasivi S. Bachtiar, S. Nurwahyu Harahap). 2005. Analisis Laporan Keuangan, Edisi 8. Salemba Empat. Jakarta.
Comments
Post a Comment